بسم الله الرحمن الرحيم
2. Menyembelih untuk dipersembahkan kepada selain Allah Ta’ala
Menyembelih untuk selain Allah Ta’ala termasuk perbuatan syirik sebab menyembelih adalah ibadah yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah (sembelihan), hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam”.” (Al-An’am: 162)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Makna ayat ini seperti firman Allah Ta’ala: “Maka dirikanlah shalat dan sembelihlah qurban karena Rabbmu.” (Al-Kautsar: 2), yakni, ikhlaskan shalatmu dan sembelihanmu hanya untuk Allah semata.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/381)
Demikian pula termasuk syirik apabila seorang ber-taqarrub kepada selain Allah Ta’ala dengan mempersembahkan sesajen, apakah bentuk sesajen itu hewan qurban atau selainnya. Dan biasanya mereka lakukan hal tersebut untuk meminta pertolongan kepada jin. Seperti sesajen yang sering dipersembahkan kepada jin ratu laut selatan adalah termasuk syirik kepada Allah Ta’ala yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.
3. Bernazar untuk selain Allah Ta’ala
Nazar termasuk ibadah, sehingga tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah Ta’ala. Bahkan Allah Ta’ala telah memuji orang-orang yang beriman karena nazar yang mereka tunaikan, sebagaimana firman-Nya:
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ
“Mereka menunaikan nazar.” (Al-Insan: 7)
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala telah memuji orang-orang yang beriman karena telah menunaikan nazar mereka dan menjadikan hal tersebut sebagai sebab masuknya mereka ke dalam surga. Dan suatu amalan yang bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga adalah ibadah, maka mempersembahkan ibadah tersebut kepada selain Allah Ta’ala adalah syirik.” (Al-Qoulul Mufid, 1/317)
4. Syirik dalam Cinta
Fenomena syirik dalam cinta telah dijelaskan Allah Ta’ala dalam al-Qur’an:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya, sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Cinta kepada Allah Ta’ala ada empat tingkatan:
Pertama: Seorang mencintai Allah melebihi selain-Nya. Inilah tauhid
Kedua: Seorang mencintai Allah seperti mencintai selain-Nya. Ini adalah syirik
Ketiga: Seorang mencintai selain Allah melebihi cintanya kepada Allah. Ini lebih besar dosa kesyirikannya dari yang sebelumnya
Keempat: Seorang mencintai selain Allah Ta’ala dan tidak ada sedikit pun kecintaan kepada Allah dalam hatinya. Ini lebih besar lagi dosa kesyirikannya dan lebih jelek lagi.” (Al-Qaulul Mufid, 1/200-201)
5. Takut kepada selain Allah Ta’ala
Takut kepada selain Allah Ta’ala terbagi menjadi tiga bentuk:
Pertama: Takut yang tersembunyi (dalam hati manusia), yakni takut dari suatu kemampuan khusus yang mereka yakini dimiliki oleh selain Allah Ta’ala, padahal kemampuan tersebut hanya dimiliki oleh Allah Ta’ala. Seperti keyakinan para penyembah kubur bahwa wali-wali yang mereka sembah memiliki kemampuan untuk menimpakan bahaya kepada mereka atau menghilangkannya dari mereka.
Bahkan mereka berani bersumpah bohong atas nama Allah, tetapi tidak berani bersumpah bohong atas nama wali karena takut kepada wali tersebut. Maka takut seperti ini adalah termasuk perbuatan syirik kepada Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala:
فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175)
Kedua: Takut karena sebab-sebab yang dapat dirasakan atau dilihat oleh panca indera, seperti takut kepada pencuri atau musuh. Takut seperti ini tidaklah termasuk syirik, dengan syarat tidak mengantarkan seseorang untuk meninggalkan perintah Allah Ta’ala.
Ketiga: Takut yang sifatnya tabiat, seperti takut dari binatang buas, takut terbakar, takut tenggelam dan lain-lain. Takut seperti ini juga tidak termasuk bentuk syirik kepada Allah Ta’ala atau maksiat kepada-Nya.
(lihat Syarh Tsalatsatil Ushul, Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, dicetak dalam Jami’ Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 129-130)
6. Harap kepada selain Allah Ta’ala, yaitu apabila seorang mengharap kepada selain Allah Ta’ala disertai dengan merendahkan diri dan ketundukan maka termasuk syirik, sebab hal tersebut termasuk ibadah yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah Ta’ala (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, dicetak dalam Jami’ Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 143)
No comments:
Post a Comment