Adapun orang-orang yang takut kepada Rabbnya, mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka ilmu dan rahmat. Sebab barangsiapa mengamalkan apa yang dia ketahui maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mewariskan kepadanya ilmu yang dia tidak ketahui. Oleh karenanya, tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat kaum Nashara bahwa di antara mereka terdapat ahli ibadah dan orang yang berilmu, juga bahwa mereka tidak menyombongkan diri, maka mereka lebih dekat dengan orang-orang yang beriman (lalu beliau menyebutkan ayat di atas).
Tatkala pada mereka terdapat rasa takut dan tidak sombong, maka mereka lebih mendekati hidayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan keadaan orang yang telah menjadi muslim di antara mereka:
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُوْلِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِيْنَ
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mengucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur`an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama para saksi (atas kebenaran Al-Qur`an dan kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam)”. (Al-Ma`idah:83)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: “Bersama para saksi” yaitu bersama Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya. Sebab, kaum Nashara memiliki sikap sederhana dan ibadah, namun mereka tidak punya ilmu dan persaksian. Oleh karenanya, meskipun orang-orang Yahudi lebih jahat dari mereka -disebabkan kesombongan yang lebih besar, rasa takut yang sedikit, serta hati yang lebih keras- namun sesungguhnya kaum Nashara lebih jahat dari mereka, dari sisi bahwa mereka lebih besar kesesatannya dan lebih dominan kesyirikannya, serta lebih jauh dari sikap mengharamkan apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyifati mereka dengan perbuatan syirik yang mereka ada-adakan sebagaimana (Allah Subhanahu wa Ta’ala) menyifati kaum Yahudi dengan kesombongan hawa nafsunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At-Taubah: 31)
No comments:
Post a Comment