Mengenal Sifat Yahudi dan Nashara (5)

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَلاَ يَتُوْبُوْنَ إِلَى اللهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَهُ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 74-75)
dan firman-Nya:


لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam’, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabb kalian’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, niscaya Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al-Ma`idah:72)
Diterangkan oleh-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada mereka dengan tauhid dan mencegah mereka dari menyekutukan-Nya, seperti apa yang mereka (Nashara) lakukan. Karena asal dari agama Yahudi adalah kesombongan maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menghukum mereka dengan kehinaan. Dicampakkan kepada mereka kehinaan di manapun mereka berada.
Dan karena asal dari agama Nashara kesyirikan disebabkan mereka menempuh banyak jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menyesatkan mereka. Masing-masing dari kedua umat itu pun mendapatkan hukuman atas dosa yang mereka lakukan, berupa lawan dari tujuan mereka. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits:
يُحْشَرُ الْجَبَّارُوْنَ وَالْمُتَكَبِّرُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صُوَرِ الذَّرِّ يَطَؤُهُمُ النَّاسُ بِأَرْجُلِهِمْ
“Orang-orang yang congkak dan sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat nanti dalam bentuk semut-semut kecil, yang diinjak-injak oleh manusia dengan kaki mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma, dihasankan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 8040)
Demikian pula terdapat dalam hadits dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu secara mauquf dan marfu’:
مَا مِنْ أَحَدٍ إلاَّ فِي رَأْسِهِ حِكْمَةٌ فَإِنْ تَوَاضَعَ قِيْلَ لَهُ: انْتَعِشْ نَعَشَكَ اللهُ؛ وَإِنْ رَفَعَ رَأْسَهُ قِيْلَ لَهُ: انْتَكِسْ نَكَسَكَ اللهُ
“Tidak seorang pun melainkan di kepalanya terdapat hikmah. Jika dia merendahkan diri (tawadhu’), maka dikatakan kepadanya: ‘Terangkatlah engkau, Allah telah mengangkat (derajatmu)’. Dan jika dia mengangkat kepalanya (sombong), maka dikatakan kepadanya: ‘Merugilah engkau, Allah telah merendahkan kamu’.”2
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)
Dan firman-Nya:
بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ. وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِيْنَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ وُجُوْهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِيْنَ. وَيُنَجِّي اللهُ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لاَ يَمَسُّهُمُ السُّوْءُ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
‘(Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepada kamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (Az-Zumar: 59-61)
Oleh karenanya, mereka berhak mendapatkan kemarahan dan murka-Nya. Sedangkan kaum Nashara tatkala mereka memasuki pintu bid’ah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sesatkan mereka dari jalan-Nya. Sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang banyak, serta mereka semakin tersesat dari jalan yang lurus. Dan sesungguhnya mereka melakukan bid’ah tersebut dengan tujuan mendekatkan diri kepada-Nya dan menyembah-Nya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan mereka dari-Nya dan menyesatkan mereka, sehingga mereka menyembah selain-Nya. Maka camkanlah ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita petunjuk kepada jalan-Nya yang lurus. Jalan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa li Syaikhil Islam, 7/628)

1 Nashara dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kata Nashrani.
2 HR. Ath-Thabarani dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, dan riwayat Al-Bazzar dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Dihasankan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami' no. 5675, dengan lafadz yang agak berbeda. Adapun riwayat ‘Umar radhiyallahu 'anhu dengan lafadz tersebut di atas, kami belum mendapatkannya. Wallahu a'lam.
http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=814

No comments:

Post a Comment